CERPEN _ ADA RINDU DI KOTA TUA

 

Ada Rindu di Kota Tua

Oleh : Tomi Gatra


 

Pandai-pandailah menahan rindu sebuah ungkapan yang keluar dari hati seorang perempuan yang terjebak oleh zona nyaman pertemanan. Entah apa yang ada dalam benak Rina saat itu dihadapkan oleh dua orang laki-laki yang memiliki perasaan yang berbeda terhadap dirinya.

Nay, Nay, Nay … Main Yuk! Terdengar suara memanggil dari luar indekos. Sore itu setelah di guyur hujan deras Romi mengajakku keluar untuk pergi melepas penat dari pelbagai tugas himpunan yang begitu padat menjelang akhir masa jabatannya sebagai ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan. Aku berpikir panjang untuk menolak ajakannya namun disisi lain aku paling tidak bisa menolak ajakan Romi. Seperti biasa  Romi mengeluarkan ilmu asihan sehingga dia mudah sekali merayuku untuk menemaninya jalan-jalan sore ini.

Keluarlah gue dari indekos “ Mau kemana sih? Udah sore tauu nanggung ah mau jalan-jalan juga!”

“ Udah ikut aja Nay, nanti setelah lengser jabatan kita sebagai ketua dan wakil ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan  pasti gak bakal bareng-bareng lagi tau”

Ada benarnya juga ya apa yang disampaikan Romi barusan. Kita tidak akan ada waktu dan alasan untuk bertemu, sebab nantinya kita akan sibuk dengan tugas akhir kuliah kita masing-masing.

“ Yasudah, tunggu sebentar aku siap-siap dulu”

“ Oke. Gue tunggu di depan ya!” Romi Menjawab.

            Kali ini gua ngerasa aneh sama gelagat Romi yang setiba-tiba ini ngajakin jalan. Sepertinya ada sebuah kejutan yang Romi siapkan. Hmm… Jadi sat set gini gua dandan pake baju andalan ke kampus dengan baju kemeja lengan panjang kotak-kotak dan celana krem serta kerudung yang selaras dengan bawahan pakaian yang kugunakan.

“ Yuk berangkat”

“ Gaspkeun, Skuy dah”

“ Aku mau di culik kemana lagi? Udah sore tau Rom”

“ Gak tau, lagi pengen ngajak lu jalan-jalan aja, Tenang gratis koq”

“Gaya bangeud dah lu!”

Sepertinya  dia Cuma ingin mengajakku jalan-jalan sore aja, mungkin dia gabut di indekosnya dan ingin menghabiskan pekan terakhirnya sebagai ketua HMJ sekaligu  me-time dengan aku yang  menjadi wakilnya.

            Sepanjang jalan di kota Bogor terasa begitu syahdu, daun-daun berjatuhan di sepanjang jalan membersamai perjalananku bersama Romi.  Setibanya  di  stasiun Bogor nampak tidak begitu ramai sore itu orang-orang sepertinya banyak menghabiskan waktu liburannya di rumah karena stasiun sangat sepi.

“Sudah sampai, kita pindah naik kereta yu?”

“Naik kereta? Mau ke Jakarta, gua tau mau ke Kota Tua bukan?

“ Iya benar, aku ingin mengjakmu kesana, aku cemburu, minggu lalu kamu ke kota tua tidak bersamaku, kamu lebih memilih dengan teman-temanmu yang suka mendaki itu.”

“Duhh, Jadi aku kamu gini, bahasanya wkwkwkwk”

“Bilang ke pas dari indekosku, aku kan bisa bawa tripod, dan  kamera DSLRku biar moment ini bisa ku abadikan.”

“ Heheh iya, iya, gagal dong jalan-jalannya”

“Yaudah  tak apalah yang terpentingkan kita bisa menghabiskan waktu berdua.”

            Dari obrolan tadi aku mulai paham ke arah mana maksud dari semua perjalanan ini, sebab apabila dilihat dari raut wajahnya sepertinya ada pesan terakhir yang ingin dia sampaikan mungkin ini bisa jadi perjuangan yang terakhir.Mengobrol sepanjang jalan membuatku tak sadar tiba-tiba sampailah di stasiun Bogor.

 

Stasiun ini tempat kali pertama aku bisa menatapnya dengan dekat

Tatapan mata yang sayup  menghipnotisku tanpa sekat

Setiap laju kereta terhenti lantas aku memeluk tubuhnya dengan erat

Sambil melempar senyum yang penuh malu-malu

Maaf aku memelukukmu

 

Sebagian kenangan yang masih teringat bersama si cuek, kalem dan menyebalkan. Hal unik dari seorang Romi dia selalu punya mimpi yang selalu dia perjuangkan mati-matian katanya dia punya mimpi ingin membuatku bahagia meskipun dia tidak akan selalu menemaniku. Lantas aku bingung apakah bisa ? dia menjawab dengan senyumnya yang khas memesona itu bisalah, kita tidak akan pernah tau perpisahan itu akan datang hari apa, bulan dan tahun kapan jadi aku harus mempersiapkan moment itu dari sekarang.

“Romm kamu ?”

“Kenapa Nay? Sudahlah kita pergi makan dulu!”

“Kamu kenapa?”

“Aku laperr nih!, makan baso dan kerak telor enak tau, udah gto nanti kita ngopi sambil melihat gedung tua itu. Ayoklah ini mimpiku akhir tahun ini, sederhana bukan.”

“Ahh dasar kamu ya!”

            Jujur hati ini serasa tak karuan sekali, banyak sekali pertanyaan yang harus ku jawab tapi sayangnya aku tak punya kunci jawaban. Saat Romi memesan kopi aku diminta untuk mencari tempat yang kosong buat kita deep talk katanya. Setelah berjalan lima menitan aku menemukan tempat yang enak untuk melihat gedung tua itu tak lama kemudian Romi datang membawakan kopi dan makanan ringan.

            Seperti biasa kami asik ngobrol ngaler-ngidul kita membahas topik topik pembicaraan yang taka da habisnya. Suasana Jakarta di malam hari menambah hangat moment kebersamaan malam mini. Tiba-tiba Romi terdiam lalu menatapku dengan penuh harapan.

 

“Naay, Aku benci sama kamu!”

“Koq Bisa?”

“Aku gak paham sama jalan pikiranmu. Sulit rasanya untuk dimengerti

Maksudnya? Ada apa dan kenapa?”

“Aku boleh memintamu untuk jujur gak? Sekali ini saja! “

“Untuk hal apa Rom ?”

“Kali ini aku yakin dan percaya bahwa ikatan kita bukan hanya sekadar ketua dan wakil tapi tuhan telah mengaitkan dan menghubungkan hati kita yang saling nyaman satu sama lain.”

“Cukup Rom, cukup jangan dilanjutkan!”

“Nay aku menyangimu Nay! Kali ini aku mengingkari mimpiku untuk membuatmu bahagia tanpa bersamaku. Hal yang mustahil aku lakukan karena aku tidak pernah sanggup merelakanmu dengan orang lain.

“ Aku gak bisa jawab, sumpah ini semua membuatku bingung”

“Aku bingung dengan scenario ini, harusnya kamu gak usah menanyakan hal ini padaku, sebab sikap perhatianku kepadamu memang tidak cukup memberikan jawaban atas keresahanmu itu”

“Ayolah Nay, Kamu gak ingin kita merayakan hari jadian kita, anggaplah ini diskusi untuk menentukan hari jadi hubungan kita”

 

Kamu gak paham Rom. Aku belum sepenuhnya selesai bersama Yopi. Sejujurnya aku ingin membangun hubungan ini dengan awal yang baik. Bukan seperti ini yang aku inginkan. Aku belum mendengar secara langsung Yopi memutuskanku. Aku sudah tidak menyayanginya tapi aku butuh kepastian  seperti kamu ingin punya kepastian untuk sebuah perayaan anniversary kalau aku, ingin punya kepastian mengakhiri masa cinta putih abu-abu ku bersama Yopi. Kamu berhak menafsirkan apapun tentangku lantas kalau kau kesal dan ingin menjauh dariku belajarlah untuk pandai-pandai menahan rindu. Kota Tua ini menjadi tempat yang penuh  misteri akan jawaban hatimu untukku. Sebab rindu memang penuh kejutan bagi kita berdua yang akan saling mencari untuk bersama,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post